Kamaruddin Dilaporkan ke Polisi, Begini Nasib Mereka yang Berani Bilang Ada Mafia di Tubuh Polri

23 Desember 2022 21:12 WIB

Narasi TV

Penulis: Jay Akbar

Editor: Akbar Wijaya

Kamaruddin Simanjuntak, pengacara keluarga almarhum Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat dilaporkan ke polisi karena pernyataannya di akun Youtube Uya Kuya bahwa polisi mengabdi ke mafia.

Laporan dilayangkan Koordinator Gerakan Rakyat Anti Hoaks (Gerah) Julian ke Polres Metro Jakarta Selatan, Kamis (22/12/2022).

Julian menilai pernyataan Kamaruddin merupakan fitnah kepada institusi kepolisian sehingga diduga melanggar Pasal 28 2 juncto Pasal 45 (2) UU ITE, Pasal 14, 15 UU No 1 Tahun 1946 juncto 207 KUHP.

Selain Kamaruddin, Julian juga melaporkan Uya Kuya dengan tuduhan pelanggaran undang-undang yang sama.

Kamaruddin mengatakan tidak akan mencabut pernyataannya. Ia merasa ucapannya bahwa "polisi mengabdi ke mafia" merupakan bentuk kritik karena peduli dan sayang kepada negara, khususnya kepolisian.

Kamaruddin bukan satu-satunya orang yang pernah menyebut  relasi antara polisi dengan mafia. Sejumlah pihak mulai dari menteri hingga personel polri juga pernah mengucapkan hal senada.

Beberapa mereka yang tak cukup punya kuasa berakhir menyedihkan.

Siapa saja mereka?

1. Aipda Aksan: Melapor Dimutasi, Curhat di Medsos Berujung Pemeriksaan

Awal Desember lalu video Aipda Aksan, anggota Sat Binmas Polres Tana Toraja viral karena berani menyebut adanya mafia di tubuh kepolisian.

Dalam video itu Aipda Aksan menceritakan pengalaman pribadinya melaporkan seorang Kapolres yang korupsi kendaraan dinas dan BBM namun malah ia yang dimutasi.

Aipda Aksan meminta Kapolri membersihkan mafia di tubuh Polri.

Berikut ini pernyataan lengkap Aipda Aksan.

“Assalamualaikum warahmatullahi wa barakatuh, salam presisi, yang terhormat Bapak Kapolri.

Izin jendral saya Aksan NRP 811061 anggota Sat Binmas Polres Tana Toraja menyampaikan kepada bapak bahwa tolong institusi Polri dibersihkan dari mafia-mafia yang masih bersarang di tubuh Polri.

Polri sekarang semakin tidak karuan karena dari awal memang sudah tidak bagus. Rekruitmennya tidak bagus.

Yang pertama masuk polisi harus bayar. Yang kedua mau pindah harus bayar. Yang ketiga mau jadi perwira harus bayar. Jadi bagaimana kedepannya Polri kalau semau harus bayar?

Kemudian rata-rata pimpinan di bawah bukan mengajari kami ke jalan yang bagus, tapi mengajari kami ke jalan yang tidak benar.

Contohnya mereka memangkas Dipa, mereka memangkas uang BBM, uang makan dan lain sebagainya.

Yang terhormat Bapak Kapolri seperti yang saya alami, saya dimutasi dari Polres Palopo ke Tana Toraja karena saya membongkar perbuatan Kapolres AKBP Alfian Nurnas yaitu korupsi kendaraan dinas Polres Palopo, BBM, dan lain sebagainya."

Lantaran videonya itu Aipda Aksan harus berusan dengan Paminal Polda Sulawesi Selatan. Aipda Aksan akhirnya membuat video permohonan maaf atas pernyataan sebelumnya.

Aipda Aksan ternyata bukan baru sekali itu menyampaikan kritik terbuka terhadap institusi Polri.

Pada pertengahan November 2021 lalu, Aipda Aksan pernah mengeluhkan masalah mutasi karena melaporkan tiga rekannya yang mempreteli 18 unit motor dinas dan empat unit mobil dinas  ke Propam Polda Sulawesi Selatan. 

Keluhan yang disampaikan Aksan disertai bukti berupa foto mobil yang sudah dipreteli.

Dalam keluhannya Aksan juga mengatakan bahwa gara-gara laporannya itu ia harus dimutasi dari Polres Palopo ke Polres Tanah Toraja. Sedangkan tiga orang rekan yang dilaporkan Aksan masih bertugas baik tanpa dikenai sanksi.

2. Aipda Haerul Coret-Coret Kantor Polisi Sarang Pungli Berujung Vonis Gangguan Jiwa

Aipda Haerul, polisi aktif yang pernah menjabat Kanit Tipidkor Polres Luwu mencoret-coret dinding kantor keuangan, Binmas, dan Lantas Mapolres Luwu pada Sabtu, 15 Oktober 2022, dengan kalimat:

"Sarang Pungli, Sarang Korupsi, Pungli-Pungli."

Hasil "karyanya" itu kemudian viral di media sosial dan menuai pujian dari sebagian  masyarat karena berani dinilai menyuarakan kebenaran.

Kabid Humas Polda Sulsel, Kombes Pol Komang Suartana mengatakan Aipda Haerul telah diperiksa tim dokter Rumah Sakit Khusus Daerah Dadi Makassar. Hasilnya, Aipda Haerul dinyatakan mengalami gangguan kejiwaan.

Ia lalu dikembalikan ke keluarganya sambil terus menjalani perawatan.

Namun Kapolda Sulawesi Selatan Irjen Pol Nana Sudjana mengaku tidak melihat ada tanda-tanda masalah kejiwaan pada diri Aipda Haerul.

Nana mengatakan motif Aipda Haerul mencorat-coret Polres Luwu lantaran kecewa dimintai uang Rp200 ribu saat membuat SIM.

3. Menkopulhukam Sebut Ada Aparat Senior Jadi Beking Tambang


Menkopolhukam Mahfud MD mengakui keterlibatan aparat sebagai beking usaha pertambangan. Namun praktik lancung ini sukar diselesaikan karena melibatkan aparat senior.

"Saya katakan loh kenapa kita berpura-pura bahwa ini ada beking. Kita ndak bisa selesaikan karena senior yang beking. Kenapa kita pura-pura, mari kita selesaikan ini," kata Mahfud dikutip Antara dalam Rakernas Satgas Saber Pungli di Jakarta, yang ditayangkan di Youtube Kemenko Polhukam, Selasa (14/12/2022).
 
Ketua Kompolnas ini juga menyinggung ada aparat yang membekingi penarikan pungutan di sebuah kompleks atau perumahan warga, tetapi tidak ada yang berani menindak.
 
Saat ini, kata Mahfud, pemerintah tengah berupaya memperbaiki tata kelola pertambangan termasuk hak pengusahaan hutan dengan menunggu masa izin habis.

Merespons pernyataan Mahfud, Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Dedi Prasetyo mengatakan sepanjang ada bukti maka pihaknya pasti akan menindaklanjuti.

"Pada prinsipnya, apabila ada buktinya, penyidik Dit Tipiter Bareskrim dan Polda akan ditindak lanjuti," kata Dedi dikutip Merdeka.com.
4. IPW: Ada Mafia di Institusi Kepolisian
 
Ketua Indonesia Police Watch (IPW) Sugeng Teguh Santosa menyebut Ferdy Sambo dan orang-orang yang terlibat membantu menutupi kasus pembunuhan Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat sebagai mafia di institusi kepolisian.

"Sambo dan 31 orang yang sukarela terjun ke jurang ini adalah mafia karena apa mafia kan bekerjanya bergerak dalam dunia kejahatan," kata Sugeng kepada Narasi, Agustus 2022 lalu.

Sugeng mengatakan Sambo dan kawan-kawan bekerja seperi cara-cara mafia.

"Yang mereka lakukan kan jahat. Mafia juga bekerja bagaimana menutupi kasus-kasus hukum pelanggar hukum dengan cara membunuh saksi, menyuap, kemudian mengarang cerita bohong. Ini sama nih, sama dengan mafia," ujar Sugeng.

Sugeng mempersilakan siapa pun membantah pernyataannya. Namun ia mengaku punya bukti atas apa yang diucapkan.

"Mafia juga sistematis bekerjanya. Kemudian terstruktur, ada strukturnya nih dari bintang dua, bintang satu. Silakan bantah deh yang enggak setuju."

Sejak diunggah 12 Agustus 2022 lalu, video pernyataan Sugeng telah ditonton lebih dari 3,9 juta kali. Namun tidak ada protes maupun laporan hukum kepadanya.

NARASI ACADEMY

TERPOPULER

KOMENTAR