Kasus Sifilis Naik 70 Persen, Saatnya Hentikan Stigma pada Penderita Infeksi Menular Seksual

12 May 2023 16:05 WIB

thumbnail-article

Ilustrasi pengidap sifilis yang alami gatal dan ruam di area kelamin. Di Indonesia, pengidap sifilis mengalami lonjakan hingga 70 persen dalam lima tahun terakhir. (Sumber: Freepik)

Penulis: Rusti Dian

Editor: Rizal Amril

Kasus sifilis atau penyakit raja singa di Indonesia naik hingga 70 persen dalam lima tahun terakhir. Pada tahun 2022, terdapat 20.783 penyakit silfilis yang tercatat di Indonesia.

Hal tersebut disampaikan oleh Juru Bicara Kementerian Kesehatan dr. Mohammad Syahril dalam jumpa pers yang digelar pada Senin (08/05/2023).

Sifilis atau raja singa adalah penyakit menular seksual yang diakibatkan oleh bakteri Treponema pallidum. Penyakit ini tidak hanya menyerang orang dewasa saja, melainkan juga anak-anak.

Menurut Mohammad Syahril, jumlah kasus sifilis alami peningkatan setiap tahunnya dengan rata-rata 17-20 ribu. Sayangnya, hanya sekitar 41 persen saja yang mendapat pengobatan.

“Sisanya ada 60 persen yang tidak mendapatkan pengobatan dan berpotensi menularkan dan menimbulkan cacat pada anak yang dilahirkan,” jelas Syahril, dilansir dari detikHealth.

Tentang penyakit sifilis

Penyakit sifilis disebabkan karena bakteri Treponema pallidum. Bakteri ini bisa masuk ke dalam tubuh jika seseorang melakukan kontak langsung dengan penderita. 

Biasanya bakteri akan masuk melalui luka kecil atau lecet pada kulit atau selaput lendir.

Melansir Layanan Kesehatan Nasional Inggris (NHS), penyebab paling umum penularan sifilis terjadi karena kontak tubuh dengan kulit terinfeksi sifilis.

Biasanya, hal tersebut terjadi ketika melakukan hubungan seksual tanpa pengaman dengan orang pengidap sifilis, baik secara anal, oral, maupun vaginal.

Sebab lain terjadinya penularan sifilis adalah bayi dengan ibu pengidap sifilis ketika mengandung dan melakukan suntikan dengan jarum yang pernah digunakan oleh pengidap sifilis.

Mengutip Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika (CDC), sifilis dapat disembuhkan jika ditangani dengan tepat. 

Meskipun pengobatan tidak dapat mengembalikan kondisi tubuh yang telah terdampak sifilis.

Secara umum, gejala yang dialami oleh penderita sifilis adalah timbul ruam, gatal, dan luka di area kelamin. 

Selain itu, penderita juga mengalami demam, bengkaknya kelenjar getah bening, radang tenggorokan, sakit kepala, berat badan menurun, nyeri otot, dan rasa lelah.

Stigma terhadap penderita

Stigma terhadap penderita penyakit infeksi menular seksual (IMS) tidak hanya berlaku bagi ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) saja, melainkan juga kepada penderita sifilis. 

Juru Bicara Kemenkes dr. Mohammad Syahril menyebut penderita sifilis, khususnya ibu, merasa malu untuk memeriksakan diri lantaran adanya stigma masyarakat.

"Rendahnya pengobatan dikarenakan adanya stigma dan unsur malu. Setiap tahunnya, dari lima juta kehamilan, hanya sebanyak 25 persen ibu hamil yang diskrining sifilis,” ujar Syahril.

Stigma ini ada karena kesalahpahaman masyarakat tentang IMS. Tidak hanya HIV/AIDS, penyakit menular seksual lainnya juga terdampak stigma yang sering dikaitkan dengan masalah moral seseorang.

Menurut Iim Halimatusa'diyah dalam jurnalnya berjudul "Moral injury and the struggle for recognition of women living with HIV/AIDS in Indonesia", kategori stigma ini mulai dari stigma pada diri sendiri (self stigma), stigma yang dirasakan (perceived stigma), dan stigma yang terjadi (enacted stigma). 

Masing-masing memiliki pengaruhnya sendiri bagi orang dengan penyakit menular seksual.

Dalam kasus ini, perempuan menjadi orang yang rentan mengalami dan menularkan sifilis, terutama kepada anak. 

Perempuan memilih untuk tidak menyembuhkan sifilisnya karena tidak ingin terdampak stigma negatif di masyarakat. 

Padahal, perempuan sifilis yang hamil pun dapat berisiko menularkan penyakitnya kepada janin dalam kandungannya.

Akhirnya, bayi akan lahir cacat. Bahkan persentase bayi abortus atau lahir mati karena sifilis pun mencapai 69-80 persen menurut data dari Kementerian Kesehatan.

Stigma terhadap penderita sifilis maupun penyakit IMS lainnya harus segera diatasi agar tidak menimbulkan efek jangka panjang yang lebih berat. 

Salah satu caranya adalah dengan menyosialisasikan tentang IMS kepada masyarakat. 

Dengan begitu, resiko masyarakat yang salah paham dengan IMS pun dapat teratasi. 

Bagi orang yang mengidap IMS pun bisa mendapatkan pengobatan dengan layak tanpa harus takut mendapat stigma dari masyarakat.

Apa Komentarmu?

Tulis komentar

ARTIKEL TERKAIT

VIDEO TERKAIT

KOMENTAR

Latest Comment

Belum ada komentar

Jadilah yang pertama mengirimkan komentar untuk bertukar gagasan dengan pengguna lainnya

TERPOPULER