Dalih Israel Serang Rafah Meski Pernah Menyebutnya sebagai Safe Zone

30 Mei 2024 21:05 WIB

Narasi TV

Warga Palestina mencari makanan di antara puing-puing yang terbakar pasca serangan Israel di daerah yang diperuntukkan bagi para pengungsi, di Rafah di Jalur Gaza selatan, 27 Mei 2024. (Sumber: REUTERS/Mohammed Salem)

Penulis: Moh. Afaf El Kurniawan

Editor: Rizal Amril

Beberapa waktu belakangan, internet dipenuhi slogan "All Eyes on Rafah" sebagai tanggapan atas serangan brutal Israel terhadap kamp pengungsi Palestina di Rafah, Jalur Gaza pada Minggu (26/5/2024).

Dalam serangan pada Minggu, tenda-tenda pengungsi diserang oleh militer Israel melalui serangan udara. Akibatnya, setidaknya 45 orang meninggal dunia dalam peristiwa naas tersebut.

Tak berhenti sampai di situ, Israel kembali melakukan serangan biadab ke tenda-tenda pengungsian Rafah pada Selasa (28/5). Sebanyak 21 orang pengungsi meninggal akibat serangan pada Selasa tersebut.

Serangan ke kamp pengungsian tersebut dilakukan Israel setelah pada minggu sebelumnya, Mahkamah Internasional (ICJ) memerintahkan agar negara Yahudi tersebut menghentikan serangan ke kamp pengungsi Rafah.

Sejak awal Mei lalu, Israel terus melakukan operasi militer di wilayah bagian selatan Jalur Gaza tersebut dan menyebabkan—selain jatuhnya korban jiwa—jalur pengiriman bantuan kemanusiaan tersendat. 

Melansir Reuters, Kantor PBB untuk Koordinasi Bantuan Kemanusiaan (OCHA) menyatakan jika bantuan kemanusiaan yang sampai ke pengungsi di Rafah alami penurunan hingga 67 persen dibandingkan hari-hari sebelum operasi militer dilakukan.

“Jumlah makanan dan bantuan lain yang masuk ke Gaza, yang sudah tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan yang melonjak, semakin menyusut sejak 7 Mei,” ujar OCHA.

Mengapa Israel menyerang Rafah?

Dalam keterangannya, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyangkal telah menargetkan kamp pengungsian sebagai target operasi militer di Rafah. Ia berdalih jika jatuhnya korban di kamp pengungsian sebagai, “sesuatu yang tak disengaja terjadi secara tragis.”

“Di Rafah, kami telah mengevakuasi sekitar satu juta penduduk non-kombatan dan meskipun kami telah berusaha keras untuk tidak menyerang penduduk non-kombatan, namun sayangnya kesalahan tragis terjadi,” kata Netanyahu ketika berpidato di parlemen yang diinterupsi teriakan pihak oposisi, sebagaimana dikutip dari Reuters, Selasa (28/5/2024).

Berdasarkan keterangan pihak Israel, ada beberapa alasan mengapa negara Yahudi tersebut sangat gencar menyerang Rafah dalam satu bulan terakhir. Berikut adalah tiga alasan utama:

1. Dalih serang kompleks operasi Hamas

Israel berdalih bahwa operasi militer di Rafah merupakan upaya mereka untuk menyerang sebuah kompleks yang jadi basis operasi Hamas di Rafah.

"Kami akan masuk ke Rafah karena kami tak punya pilihan. Kami akan menghancurkan pasukan Hamas di sana," ujar Netanyahu sebelum operasi militer dilakukan, dilansir dari AP.

Kendati perundingan gencatan senjata antara Palestina dan Israel tengah digaungkan, pihak Israel sebelumnya telah menjelaskan jika mereka tetap akan merangsek masuk ke Rafah, baik “ada maupun tak adanya kesepakatan gencatan senjata."

2. Menargetkan “kemenangan penuh”

Serangan demi serangan yang dilakukan Israel di Rafah dilakukan di tengah upaya perundingan gencatan senjata dan pembebasan sandera sedang diupayakan AS bersama Mesir dan Qatar.

Sebelumnya, pada April lalu, Netanyahu menyatakan bahwa Israel tetap akan berperang hingga tujuan mereka tercapai.

"Kami akan memenuhi semua tujuan kami dalam perang, termasuk mengembalikan semua sandera," katanya.

Melansir Reuters, serangan demi serangan yang kini dilakukan di Rafah bertujuan untuk menunjukkan kemenangan kepada publik Israel dan menguasai wilayah Gaza sebelum menyetujui gencatan senjata.

3. Dalih memburu pimpinan Hamas yang bersembunyi

Selain menargetkan pasukan Hamas yang diklaim bersembunyi di Rafah, militer Israel juga berdalih melakukan serangan ke wilayah pengungsian tersebut untuk memburu dua pimpinan senior Hamas.

Militer Israel menyebut jika laporan intelijen mereka telah mengindikasikan bahwa kedua pimpinan Hamas tersebut “bersembunyi di antara tenda pengungsi.”

Dampak Internasional dan kemanusiaan

Dunia internasional mengecam keras tindakan Israel di Rafah. Aksi brutal Israel tersebut juga menimbulkan gelombang protes di berbagai belahan dunia, seperti yang terjadi di Lebanon, Amerika Serikat, dan negara-negara Eropa.

Banyak pihak menyebut serangan ini tidak hanya menyebabkan kerugian materi dan korban jiwa, tetapi juga memperburuk krisis kemanusiaan di Gaza.

Pengungsi Palestina yang sudah kehilangan tempat tinggal harus terus mencari perlindungan baru di tengah ancaman serangan yang terus berlanjut.

NARASI ACADEMY

TERPOPULER

KOMENTAR