Mengenal Kerja Sama Selatan-Selatan, Isu yang Diangkat di Debat Capres Ronde Ketiga

7 Januari 2024 22:01 WIB

Narasi TV

Ilustrasi Kerja Sama Selatan-Selatan. (Sumber: International Atomic Energy Agency)

Penulis: Elok Nuri

Editor: Rizal Amril

Kerja Sama Selatan-Selatan menjadi salah satu topik utama dalam debat capres ronde ketiga yang dilangsungkan pada Minggu (07/01/2024).

Moderator menanyakan strategi para capres agar Indonesia dapat memperkuat kerja sama internasional tersebut.

“Sebagai Inisiator dasa sila bandung 1955, Indonesia menginspirasi dunia dalam membangun Kerja Sama Selatan-Selatan, apa strategi paslon untuk menyusun peta jalan yang lebih konkret dalam memperkuat kerja sama tersebut?” tanya tanya moderator.

Menjawab pertanyaan tersebut, capres nomor urut dua Prabowo Subianto menyoroti keberhasilan Indonesia dalam memperkuat posisi di antara negara-negara selatan dan pentingnya membangun ekonomi dalam negeri untuk membangun kekuatan nasional. 

Capres nomor urut satu Anies Baswedan lalu mengkritik pernyataan Prabowo saat diminta memberi tanggapan.

"Penjelasan tadi tidak menggambarkan Indonesia, itu hanya Pak Prabowo bagaimana membangun Indonesia," ujar Anies.

Menurut Anies, Indonesia harus merangkul apa yang menjadi agenda selatan.

"Bukan cerita apa yang kita kerjakan. Semua orang bisa baca di Google dan presiden bisa jadi diplomasi bawa agenda misalnya kita menghadapi iklim krisis," katanya.

Sementara capres nomor urut tiga Ganjar Pranowo menyoroti eksploitasi sumber daya alam sebagai alat diplomasi di antara negara-negara selatan.

"Kita punya potensi yang hebat, kita punya sumber daya alam yang bagus," kata Ganjar.

Akan tetapi, apa yang sebenarnya dimaksud dengan Kerja Sama Selatan-Selatan yang dibahas oleh para capres?

Tentang Kerja Sama Selatan-Selatan

Dalam jurnal berjudul "Kerja Sama Selatan-Selatan dan Manfaatnya bagi Indonesia" (2015) yang ditulis oleh Adirini Pujayanti, Kerja Sama Selatan-Selatan merupakan kerja sama yang diikuti oleh sesama negara berkembang untuk membangun kemandirian kolektif yang akan memperkuat posisi negara berkembang di forum internasional.

Menurut dokumen hasil Konferensi Tingkat Tinggi PBB di Nairobi, Kerja Sama Selatan-Selatan merupakan suatu kerangka kerja untuk kolaborasi antara negara selatan baik secara politik, ekonomi, sosial, budaya, lingkungan maupun teknis dengan lingkup bilateral, kawasan, antar-kawasan maupun inter-regional.

Bentuk kerja sama ini sebagai modal utama dalam pelaksanaan agenda pembangunan global yang juga berada di bawah pengawasan PBB, yakni Sustainable Development Goals 2030.

Melansir laman web Kantor PBB untuk Kerja Sama Selatan-Selatan (UNOSSC/UNDP), tujuan dasar dibentuknya kerja sama bilateral satu ini adalah:

  • Menumbuhkan kemandirian negara-negara berkembang dengan meningkatkan kapasitas kreatif untuk menentukan solusi terhadap permasalahan pembangunan sesuai dengan aspirasi, nilai-nilai, dan kebutuhan spesifik setiap negara;
  • Mempromosikan dan memperkuat kemandirian kolektif di antara negara-negara berkembang melalui pertukaran pengalaman, pengumpulan, pembagian, dan penggunaan sumber daya teknis dan sumber daya lainnya; dan pengembangan kapasitas mereka yang saling melengkapi;
  • Memperkuat kapasitas negara-negara berkembang untuk mengidentifikasi dan menganalisis isu-isu pembangunan utama mereka dan merumuskan strategi yang diperlukan untuk mengatasinya;
  • Meningkatkan kuantitas dan meningkatkan kualitas kerja sama pembangunan internasional melalui pengumpulan kapasitas untuk meningkatkan efektivitas sumber daya yang dicurahkan untuk kerja sama tersebut;
  • Menciptakan dan memperkuat kapasitas teknologi yang ada di negara-negara berkembang untuk meningkatkan efektivitas penggunaan kapasitas tersebut dan untuk meningkatkan kapasitas negara-negara berkembang dalam menyerap dan mengadaptasi teknologi dan keterampilan untuk memenuhi kebutuhan pembangunan spesifik mereka;
  • Meningkatkan dan meningkatkan komunikasi antar negara berkembang, yang mengarah pada kesadaran yang lebih besar terhadap permasalahan bersama dan akses yang lebih luas terhadap pengetahuan dan pengalaman yang tersedia serta penciptaan pengetahuan baru dalam mengatasi permasalahan pembangunan;
  • Mengenali dan menanggapi permasalahan-permasalahan dan kebutuhan-kebutuhan yang dihadapi oleh negara-negara kurang berkembang, negara-negara berkembang yang tidak mempunyai daratan, negara-negara berkembang yang berupa pulau-pulau kecil dan negara-negara yang terkena dampak paling parah, misalnya bencana alam dan krisis-krisis lainnya;
  • Memungkinkan negara-negara berkembang untuk mencapai tingkat partisipasi yang lebih besar dalam kegiatan ekonomi internasional dan memperluas kerja sama internasional untuk pembangunan.

Sejarah Kerja Sama Selatan-Selatan dan peran Indonesia

Ide pembentukan Kerja Sama Selatan-Selatan mulai berkembang pada tahun 1950-an dan 1960-an.

Dalam era tersebut, banyak negara-negara di wilayah selatan baru saja mendeklarasikan kemerdekaan, terutama di wilayah Asia Tenggara dan Afrika.

Negara-negara tersebut memiliki satu kesamaan, yakni sejarah kolonialisasi negara-negara barat di wilayah mereka.

Ketika Perang Dunia II usai, negara-negara baru tersebut kemudian berkembang dan memiliki tantangan yang serupa, yakni keluar dari pengaruh kolonial atau dekolonisasi.

Atas latar belakang tersebut, kemudian ide untuk membuat sebuah kerja sama antara negara-negara tersebut mengemuka.

Ide tersebut kemudian makin mengemuka ketika Konferensi Asia-Afrika di Bandung dilaksanakan pada 1955.

Semangat KAA tersebut melekat pada kebijakan luar negeri Indonesia menjadi satu kelanjutan kontinum politik luar negeri dari waktu ke waktu.

Awalnya, Kerja Sama Selatan-Selatan ini dibentuk untuk tujuan politis, seperti membentuk struktur tata kelola global yang progresif dan melawan hegemoni negara tertentu.

Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, fokus Kerja Sama Selatan-Selatan sudah bergeser kepada isu yang lebih teknis dan lebih bebas dari agenda politik seperti Technical Cooperation among Developing Countries (TCDC).

Perkembangan Kerja Sama Selatan-Selatan akhir-akhir ini juga bergerak ke arah ekonomi dan teknologi dengan meningkatnya volume perdagangan, arus investasi asing langsung, gerakan menuju integrasi regional, transfer teknologi, berbagi solusi dan pakar, dan bentuk pertukaran lainnya di wilayah selatan.

NARASI ACADEMY

TERPOPULER

KOMENTAR