Pemerintah Malaysia menyebut kualitas udara di negaranya memburuk akibat kebakaran hutan di Indonesia. Pihaknya juga mendesak agar Indonesia segera bertindak menangani kabut asap di wilayah Sumatera dan Kalimantan.
Desakan ini disampaikan Menteri Sumber Daya Alam, Lingkungan Hidup, dan Perubahan Iklim Malaysia, Nik Nazmi Nik Ahmad melalui surat yang ditujukan kepada Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia, Siti Nurbaya.
“Kita tidak bisa terus menganggap kabut asap sebagai sesuatu yang normal,” ujar Nazmi kepada Reuters pada Kamis (5/10/2023).
Departemen Lingkungan Hidup Malaysia menyebut hampir 550 titik api yang terindikasi menjadi pusat kebakaran di Sumatera dan Kalimantan. Tidak ada satu pun titik api yang berasal dari Malaysia. Namun, negara tersebut harus terdampak polusi udara yang ditimbulkan, terutama di wilayah Semenanjung Malaysia.
Indeks Pencemaran Udara menunjukkan kualitas udara yang buruk di 11 titik di Malaysia. Pada Rabu (4/10/2023) siang, beberapa wilayah Sarawak mencatat skor Indeks Pencemaran Udara mencapai 115. Angka ini tergolong kategori tidak sehat.
Otoritas Malaysia berencana akan membuat hujan buatan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Pihaknya juga akan menutup sekolah dan menghentikan kegiatan di luar ruangan jika angka Indeks Pencemaran Udara menyentuh 200.
“Saya berharap setiap negara bisa terbuka untuk mencari solusi karena dampak kabut asap sangat besar terhadap perekonomian, pariwisata, dan khususnya kesehatan,”ujar Nazmi.
Dibantah Indonesia
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya membantah tuduhan yang dilayangkan oleh pemerintah Malaysia. Menurutnya, tak ada transboundary haze pollution akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Indonesia ke Malaysia.
Menurut hasil pantauan The ASEAN Specialised Meteorological Center (ASMC) periode 28-30 September 2023, asap karhutla terpantau pekat di Sumatera dan Kalimantan. Namun, asap tersebut tidak sampai melintasi batas hingga Malaysia. Ditambah lagi arah angin di Indonesia umumnya dari tenggara ke barat laut hingga timur laut.
“Jadi jelas ya, keduanya menyatakan tidak ada asap lintas batas,” ujar Siti pada Jumat (6/10/2023).
Ia menambahkan, menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), terdapat 4.788 titik panas sedang dan 191 titik tinggi di Kalimantan. Sementara di Sumatera terdapat 775 titik panas sedang dan 35 titik tinggi.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) berusaha melakukan pemadaman dan modifikasi cuaca untuk mengatasi karhutla. Pihaknya juga melayangkan peringatan kepada 203 perusahaan yang aktivitasnya memicu kebakaran lahan dan hutan.