Profil Ketua Umum PBNU dari Masa ke Masa sejak Berdirinya Nahdlatul Ulama

7 Feb 2023 15:02 WIB

thumbnail-article

K.H Said Aqil Siradj (kir putih) dan Gus Yahya (putih kanan) duduk bersama usai penghitungan suara Ketua Umum (Ketum) PBNU di Gedung Serba Guna (GSG) Unila. Jumat, (24/12/2021). (ANTARA/Dian Hadiyatna)

Penulis: Elok Nuri

Editor: Rizal Amril

Puncak peringatan Hari Lahir (Harlah) 1 Abad Nahdlatul Ulama di Stadion Gelora Delta Sidoarjo menuai beragam sorotan, salah satunya pidato dari ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf atau disapa Gus Yahya.

"Satu abad ini adalah satu abad riyadhoh, satu abad tirakat dari wali-wali, dari para kiai, dari segenap warga pecinta Nahdlatul Ulama yang dalam keadaan apapun tidak pernah berhenti meyakini bahwa berkah Nahdlatul Ulama adalah bekal yang lebih mulia bagi kita semua," ucapnya.

Genap berusia satu abad, Nahdlatul Ulama telah dipimpin oleh banyak ketua umum, sejak masa Rais Akbar NU, KH Hasyim Asy’ari, hingga kini. 

Ketua Umum PBNU dari Masa Ke Masa

1. KH Hasan Gipo (1926-1929)

KH Hasan Gipo merupakan Ketua Umum PBNU pertama yang selalu mendampingi Rais Akbar yakni Hadratussyaikh Hasyim Asy'ari dalam mengurus NU.

Beliau lahir dari lingkungan keluarga santri yang kaya, yang bertempat tinggal di kawasan perdagangan elite di Ngampel yang bersebelahan dengan pusat perdagangan di Pabea.

KH Hasan Gipo atau Hasan Basri menjabat sebagai ketua umum PBNU selama 3 tahun yaitu dari tahun 1926-1929.

Beliau lahir pada tahun 1869 di Kampung Sawahan tepatnya di Jalan Ampel Masjid, Surabaya dan wafat pada tahun 1934.

KH Hasan Gipo dimakamkan di Kompleks Pemakaman Kanjeng Sunan Ampel Surabaya, di sebelah Timur Masjid Ampel, satu lokasi dengan makam Pahlawan Nasional Empat Serangkai KH Mas Mansyur.

2. KH Achmad Noor (1929-1937)

KH Ahmad Noor merupakan Ketua PBNU kedua periode 1929-1937. Beliau juga yang merupakan salah seorang di antara kiai-kiai lainnya yang turut mendampingi Hadratussyaikh Hasyim Asy'ari dalam mengurus NU.

3. KH Mahfudz Siddiq (1937-1946)

Nama KH Mahfudz Shiddiq tak pernah luntur dalam kertas sejarah pendirian NU, beliau merupakan ketua PBNU ketiga dan cukup muda untuk menduduki jabatan penting organisasi ini.

Kiai Mahfudz, sapaan akrabnya mengemban amanah sebagai ketua di usia cukup muda yaitu 30 tahun. 

Kiai Mahfudz lahir di Jember tahun 1907 dan wafat juga di Jember pada tanggal 1 Januari 1944 M dan dimakamkan di pemakaman keluarga Turbah, tepatnya di Condo Kaliwates Jember.

4. KH Nahrawi Thahir (1946-1951)

KH Nahrawi Thahir tercatat sebagai Ketua Umum (Ketum) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) keempat setelah KH Mahfudz Shiddiq.

Beliau lahir pada tahun 1900 M atau bertepatan pada tahun 1317 H di Bungkuk Singosari, Malang. Semasa hidupnya beliau mendirikan Madrasah Muslimin Nahdlatul Wathan.

KH Nahrawi Thahir wafat pada tahun 1980 dan dimakamkan di pesarean Bungkuk bersama tokoh-tokoh lainnya, salah satunya seperti KH Masjkur.

5. KH Abdul Wahid Hasyim (1951-1954)

KH Abdul Wahid Hasyim merupakan putra pertama dari Hadratussyaikh Hasyim Asy'ari dan Nyai Nafiqah binti Kyai Ilyas. Beliau lahir di Jombang pada tanggal 1 Juni 1914 M.

Beliau dikenal dengan cendikiawan muslim yang cerdas, selain menjabat sebagai Ketua Umum PBNU, KH Abdul Wahid Hasyim juga pernah menjabat sebagai Menteri Agama pada tiga kabinet yakni kabinet Hatta, Natsir, dan Sukiman di usia 31 tahun.

Saat menjabat sebagai Menteri Agama, banyak gebrakan dan kebijakan yang keluarkan beliau salah satunya menyetujui berdirinya perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN), cikal bakal Universitas Islam Negeri (UIN) di bawah pengawasan Kementerian Agama.

KH Abdul Wahid Hasyim wafat di usia ke 39, tepatnya tanggal 19 April 1953, dan dimakamkan di Kompleks Pesantren Tebuireng, Jombang.

Beliau wafat ketika dalam perawatan setelah mengalami kecelakaan mobil ketika sedang dalam perjalanan menuju Sumedang untuk menghadiri rapat NU.

6. KH Muhammad Dahlan (1954-1956)

KH Muhammad Dahlan lahir pada tanggal 2 Juni 1909 di desa Mandaran Rejo, Kotamadya Pasuruan, Jawa Timur.

Sama seperti KH Abdul Wahid Hasyim, KH Muhammad Dahlan juga tercatat sebagai Menteri Agama menggantikan KH Saifuddin Zuhri di awal Orde Baru. 

Programnya yang paling menonjol adalah merintis Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) dan juga Perguruan Tinggi Ilmu Qur’an

Saat menjabat sebagai Ketua Umum PBNU, beliau mendirikan organisasi perempuan pertama NU yakni Muslimat. 

Beliau wafat tanggal 7 Februari 1977 dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan.

7. KH Idham Cholid (1956-1984)

KH Idham Cholid lahir pada tanggal 27 Agustus 1921 M di Setui, dekat Kecamatan Kotabaru, bagian tenggara Kalimantan Selatan.

Beliau merupakan Ketua Tanfidziyah NU terlama dalam sejarah NU yakni selama 28 tahun pada periode 1956-1984.

Selain dikenal sebagai seorang kiai, beliau juga merupakan tokoh bangsa sekaligus deklarator pemimpin Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

KH Idham Cholid  juga aktif dalam dunia pendidikan. Beliau mendirikan perguruan Islam Darul Ma’arif di Jakarta dan pada tahun 1960 mendirikan Pendidikan Yatim Darul Qur’an di Cisarua, Bogor.

KH Idham Cholid wafat pada 11 Juli 2010 dan dimakamkan di Pesantren Darul Quran, Cisarua, Bogor, Jawa Barat.

8. KH Abdurrahman Wahid (1984-1999)

KH Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa Gus Dur lahir di Jombang pada 7 September 1940. 

Beliau merupakan putra sulung dari KH Abdul Wahid Hasyim dan juga cucu dari pendiri Nahdlatul Ulama, KH Hasyim Asy'ari,

Secara trah pendidikan, beliau pernah tercatat kuliah di universitas terbaik dunia seperti Universitas Al-Azhar, lalu kuliah lagi di Irak, kemudian di Kanada.

Gus Dur atau KH Abdurrahman Wahid merupakan presiden ke-4 RI dan dikenal sebagai bapak pluralisme Indonesia. 

Julukan ini tidak lain karena beliau sangat menghargai keberagaman dalam berbagai hal, terutama keberagaman suku, agama, dan ras.

Salah satu buktinya adalah pencabutan peraturan yang melarang kegiatan adat warga Tionghoa secara terbuka seperti perayaan Imlek.

KH Abdurrahman Wahid wafat pada 30 Desember 2009 di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta di usia 69 tahun dan dimakamkan di kompleks makam keluarga Tebuireng, Jombang.

9. KH Hasyim Muzadi (1999-2010)

KH Hasyim Muzadi merupakan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama selama dua periode. 

Beliau lahir di Desa Bangilan, Tuban, 8 Agustus 1944, dari pasangan Muzadi dan Rumyati.

Aktivitasnya sebagai pengurus organisasi NU dimulai ketika ia pindah ke Malang bersama sang kakak. 

Pada saat yang sama, ia melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi di IAIN Sunan Ampel Malang pada 1964.

Ketika Gus Dur menjadi presiden pada tahun 1999, Hasyim Muzadi terpilih menjadi Ketua Umum PBNU di Muktamar NU ke-30 di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri

Pada periode kepemimpinannya ini, NU membuat media online bernama NU online; menerbitkan Risalah Nahdlatul Ulama; menyelenggarakan konferensi ulama dan cendekiawan muslim tingkat dunia atau International Conference of Islamic Scholars (lCIS), dan masih banyak yang lainnya.

Kiai Hasyim menghembuskan napas terakhir di Malang, Jawa Timur pada tanggal 16 Maret 2017, di usia 73 tahun. Beliau dimakamkan di Kompleks Pesantren Al-Hikam, Beji Kota Depok.

10. KH. Said Aqil Siroj (2010-2021)

KH Said Aqil Siroj lahir 3 Juli 1953 di Cirebon, Jawa Barat. KH Said Aqil jadi Ketua Umum PBNU periode 2010-2021, beliau merupakan putra kedua dari KH Aqiel Siroj dan Nyai Hj Afifah Harun.

KH Said Aqil Siroj merupakan lulusan Universitas King Abdul Aziz tahun 1982. Setelahnya, pada 1987 hingga 1994, beliau melanjutkan studi di Universitas Umm al-Qura, fokus pada bidang Perbandingan Agama di S2, serta Aqidah dan Filsafat Islam di jenjang S3. 

The Muslim 500 pernah mencatatkan namanya sebagai salah satu dari 50 tokoh muslim paling berpengaruh di dunia tahun 2022.

11. KH Yahya Cholil Staquf (2021-Sekarang)

KH Yahya Cholil Staquf resmi terpilih menjadi Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama PBNU pada Muktamar ke-34 NU di Lampung,

Kakak kandung Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas, itu sempat bermukim selama setahun di Makkah, Arab Saudi untuk mengaji. Beliau juga dikenal memiliki kedekatan dengan Gus Dur

Kiprahnya di dunia internasional kerap mengantarkannya menjadi pembicara. 

Pada tahun 2018 beliau menjadi pembicara dalam forum American Jewish Committee (AJC) di Israel menyuarakan menyerukan konsep rahmat sebagai solusi bagi konflik dunia, termasuk konflik yang disebabkan agama.

Sebelumnya, pada tahun 2014 KH Yahya Cholil Staquf tercatat sebagai salah satu inisiator pendiri institut keagamaan di California, Amerika Serikat yaitu Bayt Ar-Rahmah Li ad Da'wa Al-Islamiyah rahmatan Li Al-alamin yang mengkaji agama Islam untuk perdamaian dan rahmatan lil alamin (kasih sayang bagi alam semesta).

Apa Komentarmu?

Tulis komentar

ARTIKEL TERKAIT

VIDEO TERKAIT

KOMENTAR

Latest Comment

Belum ada komentar

Jadilah yang pertama mengirimkan komentar untuk bertukar gagasan dengan pengguna lainnya

TERPOPULER