31 Juli 2023 14:07 WIB
Penulis: Shinta Dewi
Editor: Rizal Amril
Tes MBTI atau Myers-Briggs Type Indicator adalah salah satu jenis psikotes yang cukup populer belakangan ini.
Tes MBTI dikembangkan oleh pasangan ibu-anak Katharine Cook Briggs dan Isabel Briggs Myers berdasarkan teori yang diajukan oleh ilmuwan psikologi ternama Carl Jung.
Tes ini dirancang untuk mengukur preferensi dasar murni psikologis seseorang dalam melihat dunia serta membuat keputusan.
Tes MBTI adalah instrumen yang membantu dalam pengklasifikasian kepribadian manusia berdasarkan empat dimensi utama yang masing-masing memiliki dua kutub.
Keempat dimensi utama tersebut adalah:
Dimensi pertama adalah ekstrover dan introver. Anda mungkin sudah cukup familiar dengan kedua tipe kepribadian ini.
Dimensi pertama ini menggambarkan orientasi seseorang terhadap cara mereka mengumpulkan atau memfokuskan energi mereka.
Seorang ekstrover cenderung mengumpulkan atau menghabiskan sebagian waktunya dengan bersosialisasi, sementara seorang introver justru mengumpulkan energi dengan cara menyendiri, refleksi internal, dan berpikir.
Berikutnya adalah sensing dan intuition yang berkaitan dengan cara seseorang mengumpulkan informasi.
Sensing lebih berfokus pada fakta yang konkret dan informasi yang dapat dinalar.
Sedangkan intuition cenderung mengumpulkan informasi secara abstrak dan melihat gambaran besar.
Thinking dan feeling menunjukan cara atau preferensi seseorang dalam berpikir dan mengambil keputusan.
Thinking menggambarkan seseorang yang cenderung mengambil keputusan dengan logika dan analisis, sementara feeling mengambil keputusan dengan mempertimbangkan nilai dan dampak emosional dari keputusan tersebut.
Dimensi terakhir adalah judging atau perceiving yang menginterprestasikan cara seseorang dalam menghadapi dunia luar.
Seorang yang “judging” cenderung terstruktur dan teratur, sementara “perceiving” lebih fleksibel dan terbuka terhadap perubahan.
Apabila keempat dimensi di atas dikombinasikan, maka akan didapat 16 tipe kepribadian yang berbeda dalam tes MBTI.
Seperti tes psikologi pada umumnya, tes MBTI berfungsi untuk mengetahui karakteristik seseorang maupun diri sendiri.
Setidaknya ada beberapa manfaat yang bisa diperoleh dengan melakukan tes MBTI, yakni:
Meskipun dipandang sebagai salah satu tes kepribadian paling populer di dunia, namun MBTI bukan tes kepribadian yang akurat secara saintifik.
Tes MBTI yang dikembangkan oleh pasangan ibu-anak Briggs didasarkan pada teori Carl Jung dalam bukunya berjudul Psychological Types (1921).
Dalam buku tersebut, Jung berteori bahwa sifat manusia dapat dikategorikan dalam empat kepribadian.
Akan tetapi, teori Jung tersebut tidak didukung dengan data penelitian yang memadai.
Psikolog di Universitas Pennsylvania Adam Grant menilai teori Jung tersebut dibuat ketika psikologi belum menjadi sebuah ilmu pengetahuan empiris seperti hari ini. "Jung membuat teori ini berdasarkan pengalamannya sendiri," kata Grant.
Kelemahan utama tes MBTI dalam memahami karakteristik seseorang adalah kurangnya pilihan dalam menjawab pertanyaan yang diberikan. Dengan kata lain, tes MBTI terlalu menyederhanakan karakteristik seseorang.
Dalam tes MBTI, seseorang akan diberikan pertanyaan atau pernyataan dan memilih apakan hal tersebut sesuai dengan dirinya. Jawaban para responden hanya berkutat pada "ya" dan "tidak".
Para pakar menilai hal tersebut tidak cukup untuk menilai karakteristik seseorang karena karakteristik tiap orang adalah hal yang kompleks.
Bahkan, Carl Jung sendiri, dalam kategorisasi introver dan esktrover, menyatakan bahwa tak ada orang yang berkepribadian ekstrover murni atau introver murni.
"Orang seperti itu [ekstrover/introver murni] akan berada di rumah sakit jiwa," jelas Jung dalam bukunya berjudul Conversation with Carl Jung & Reactions from Ernest Jones (1964).
Oleh karenanya, butuh lebih dari sekadar memilih puluhan pernyataan yang dirasa sesuai dengan preferensi diri kita untuk mengetahui karakteristik kita secara komprehensif.
Selain itu, hasil tes MBTI juga dikenal secara luas kurang konsisten. Dalam sebuah studi, sebanyak 50 persen responden tes MBTI mendapatkan hasil yang berbeda ketika menjalani tes kedua, dengan jarak tak sampai dua bulan.
Jadi, bagaimana? Apakah Anda pernah melakukan tes MBTI? Apakah Anda percaya dengan hasil tes MBTI?
KOMENTAR
Latest Comment