Tips Menghadapi Cuaca Panas Arab Saudi bagi Jemaah Haji

27 May 2024 14:05 WIB

thumbnail-article

Ilustrasi ibadah haji. (Sumber: Pexels/Haydan As-soendawy)

Penulis: Elok Nuri

Editor: Rizal Amril

Jamaah haji asal Indonesia harus mewaspadai cuaca panas di Arab Saudi yang beriklim gurun. Perbedaan iklim antara Indonesia dan Arab Saudi membuat para jemaah perlu hati-hati guna menjaga kondisi kesehatan tetap stabil.

Kepala Puskes Haji Kemenkes Liliek Marhaendro Susilo menjelaskan jika perbedaan suhu udara di Indonesia dan Arab Saudi terbilang cukup jauh. Jika di Indonesia rerata suhu udara terpanas berkisar 36 derajat celsius, rerata suhu udara di Arab Saudi dapat mencapai 41 derajat celsius.

"Paling panas di sana [Arab Saudi] sekitar jam 3 dan 4 siang. Cuaca paling dingin itu jam 6 pagi. sekarang 26 derajat celsius kalau di sana. Nanti musim haji, semakin lama semakin panas. Tahun lalu di masa Arafah, cuacanya sampai 50 derajat celsius, rata-rata biasanya 47 derajat celsius," katanya, dikutip dari Antara.

Jika tidak menjaga kondisi tubuh, perbedaan iklim tersebut dapat memicu sejumlah risiko kesehatan, seperti heatstroke, dehidrasi, iritasi kulit, sakit kepala, dan kelelahan berlebih.

Tips menghadapi cuaca panas bagi jemaah haji

Untuk mewaspadai cuaca panas di Arab Saudi, Kemenkes juga memberikan sejumlah tips bagi jemaah haji Indonesia.

Beberapa hal penting yang perlu dilakukan oleh jemaah haji Indonesia adalah menyesuaikan tubuh dengan suhu panas, melalui pemenuhan gizi dan kebutuhan cairan tubuh.

Melansir Kemenkes, berikut tips menghadapi cuaca panas di Arab Saudi agar jemaah haji dapat memaksimalkan waktu untuk beribadah.

1. Jangan lewatkan makan dan minum

Hal pertama yang perlu diperhatikan jemaah haji adalah memenuhi kebutuhan gizi dengan menerapkan pola makan dan minum secara teratur.

Kepala Puskes Haji Kemenkes Liliek Marhaendro Susilo menjelaskan jika aktivitas ibadah di Tanah Suci seringkali membuat para jemaah haji lupa makan dan minum.

Padahal aktivitas ibadah di Tanah Suci memerlukan banyak tenaga, sehingga pemenuhan gizi harian sangat diperlukan.

Pemenuhan gizi harian tersebut dapat dilakukan jemaah haji dengan tidak melewatkan jam makan, baik sarapan, makan siang, maupun makan malam.

Liliek juga memberikan tips untuk menyiapkan bekal makanan ketika hendak melaksanakan aktivitas luar ruangan dalam durasi panjang.

"Kalau aktivitas berkepanjangan di luar, [sementara] makanan itu tersedia di hotel, bukan di luar, orang yang sudah pernah atau sering ke sana pasti banyak bawa bekal, bawa kurma," katanya. 

Bekal tersebut nantinya dapat dikonsumsi di tengah aktivitas luar ruangan untuk memenuhi kebutuhan gizi. "Misalnya mau salat Zuhur sampai Asar di masjid, dia sudah siap bawa bekal," ujar Liliek.

2. Pastikan tubuh selalu terhidrasi

Tips kedua adalah memastikan tubuh selalu terhidrasi dengan menjaga kerongkongan tidak kering.

Akan tetapi, Liliek menganjurkan agar air minum tak diminum sekaligus dalam jumlah banyak. Menurutnya, ketika tengah beribadah, lebih baik meminum sedikit tetapi sering.

"Kalau minum sekaligus biasanya jadi sering buang air kecil, [sedangkan] toiletnya jauh, susah carinya. Makanya, kami ingatkan setiap 10 menit atau 15 menit minumlah seteguk air, supaya tenggorokan dan kerongkongan tidak kering," katanya.

Agar lebih memudahkan jemaah untuk mengingat, Liliek mengimbau untuk selalu mengingat minum air putih sebanyak 250 mililiter atau segelas air setiap satu jam.

3. Pakai pelindung dari terik matahari

Selain menjaga metabolisme tubuh dengan makan dan minum secara teratur, Kemenkes juga mengimbau para jemaah haji Indonesia untuk menggunakan perlengkapan pelindung tubuh agar tak langsung terkena terik matahari.

Perlengkapan pelindung seperti payung, topi, atau kacamata dapat digunakan terutama ketika melakukan aktivitas di luar ruangan.

“Pakai payung, pakai topi besar kalau ibu-ibu, pakai kacamata hitam, pakai masker, bawa semprotan air. Kalau terasa kering, disemprot supaya tidak kena heatstroke dan minum air,” katanya.

4. Istirahat yang cukup

Tips berikutnya adalah memastikan tubuh beristirahat setelah beraktivitas di Tanah Suci. Hal ini penting dilakukan agar memiliki stamina untuk melakukan seluruh rangkaian ibadah haji.

Para jemaah dapat memanfaatkan waktu senggang di sela ibadah untuk beristirahat dan tidak memaksakan diri ketika capai.

5. Meminum obat secara teratur

Selain menjaga kondisi tubuh, hal lain yang perlu diperhatikan adalah teratur meminum obat sesuai anjuran pakai, terutama bagi jemaah dengan kondisi kesehatan bawaan.

“Jadi, kami anjurkan sejak saat menjelang berangkat. Kami sudah sampaikan semua ke petugas kesehatan, pokoknya jangan lupa jemaah yang sudah rutin minum obat untuk membawa obat rutinnya selama kebutuhan 40 hari di Tanah Suci,” terang Liliek.

Namun, jika dalam kondisi darurat dan calon haji tidak membawa obat pribadinya, Liliek menyebut Kemenkes telah menyediakan obat dan perbekalan kesehatan lainnya.

Liliek menyebut pihaknya telah menyiapkan 2.872 koli obat dan 1.826 koli perbekalan kesehatan alat kesehatan habis pakai untuk pelaksanaan haji 2024. 

Obat dan perbekalan kesehatan tersebut nantinya dapat diakses oleh para jemaah haji Indonesia selama di Arab Saudi.

Akan tetapi, Liliek menegaskan jika obat-obat yang dibawa Kemenkes berpotensi tak cocok untuk jemaah dengan kondisi kesehatan khusus, oleh karenanya para jemaah dianjurkan untuk membawa obat sesuai dengan kebutuhan pribadi.

Apa Komentarmu?

Tulis komentar

ARTIKEL TERKAIT

VIDEO TERKAIT

KOMENTAR

Latest Comment

Belum ada komentar

Jadilah yang pertama mengirimkan komentar untuk bertukar gagasan dengan pengguna lainnya

TERPOPULER