Peristiwa Kanjuruhan Dorong Suporter Bebuyutan Berdamai, Tapi Pejabat Negara Malah Sempat Saling Tuding

5 Oct 2022 15:10 WIB

thumbnail-article

Suporter Delta Sidoarjo memegang lilin saat mengikuti doa bersama di Gelora Delta Sidoarjo, Jawa Timur, Selasa (4/10/2022). Doa bersama itu untuk para korban tragedi kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Malang. ANTARA FOTO/Umarul Faruq/tom.

Penulis: Akbar Wijaya

Editor: Frendy

Ribuan suporter klub sepak bola seluruh Pulau Jawa sepakat menjadikan peristiwa di Stadion Kanjuruhan sebagai momentum damai dengan para rivalnya.

Kesepakatan itu muncul saat mereka melakukan aksi bersama di halaman parkir Stadion Mandala Krida, Kota Yogyakarta, Selasa (4/10/2022) malam, dikutip dari Antara.

Para suporter mengawali aksi dengan salat gaib dan doa bersama untuk para korban. Mereka mengakhiri aksi dengan menyalakan lilin serta cahaya gawai sebagai simbol perdamaian.

Hilangkan Kebencian

Muslich Burhanuddin, Presiden Brajamusti Yogyakarta, suporter dari Perserikatan Sepakbola Indonesia Mataram (PSIM) menekankan pentingnya menghilangkan sikap kebencian terhadap suporter lawan.

"Kita akan membuat sejarah bahwa kita suporter yang hadir pada malam hari ini akan menghentikan semua kebencian-kebencian yang ada dalam hati kita," kata Muslich Burhanuddin, dikutip dari Antara.

Burhanuddin yang acap disapa Thole itu meminta kepada seluruh suporter menjadikan peristiwa di Stadion Kanjuruhan sebagai titik tolak untuk bersatu memajukan sepak bola Indonesia.

"Kita akan mewariskan hal-hal positif kepada anak cucu kita bahwa ke depan sepak bola di Indonesia, khususnya DIY dan Jawa Tengah penuh dengan suka cita," ujarnya.

Jangan Ada Lagi Korban

Pasoepati, kelompok suporter Persatuan Sepakbola Indonesia Surakarta (Persis Solo) yang selama ini menjadi rival bebuyutan Brajamusti juga mengamini pernyataan itu.

Dirigen Pasoepati, Agus Warsop menyebut kasus Kanjuruhan merupakan momentum damai para suporter. 

“Kami bersama komunitas-komunitas suporter di Solo Raya diundang ke Yogyakarta untuk ikut doa bersama aksi solidaritas tragedi Stadion Kanjuruhan. Ini momen untuk bersatu semua suporter demi sepak bola Indonesia,” kata Agus Warsop dikutip Antara.

Agus mengatakan suporter Persis Solo berharap tidak ada lagi jatuh korban akibat pertandingan sepak bola sebagaimana terjadi di Kanjuruhan.

Presiden Pasoepati, Maryadi memastikan kesepakatan damai ini akan disosialisasikan ke para pendukung Persis Solo di akar rumput.

"Perdamaian ini harus berlanjut. Kami akan sosialisasikan ke korwil-korwil agar akar rumput mengetahui ini. Seperti ketika Persis Solo berdamai dengan Bonek pendukung tim Persebaya pada 2014 hingga sekarang masih baik dan langgeng," kata Maryadi.

Aksi bersama di halaman parkir Stadion Mandala Krida, Kota Yogyakarta, Selasa malam di hadiri ribuan suporter dari berbagai klub seperti: Brajamusti dan The Maident (Yogyakarta), Paserbumi (Bantul), Slemania dan BCS (Sleman), Pasoepati, Ultras, dan GK Samber Nyawa (Solo), Panser Biru dan Snex (Semarang), Aremania (Malang), Bonek (Surabaya), The Jakmania (Jakarta), serta Bobotoh dan Viking (Bandung). 

Hadir pula perwakilan sejumlah elemen suporter dari Medan dan Makassar.

Inisiatif Damai Murni dari Suporter

Zulfikar, perwakilan dari Brigata Curva Sud (BCS) Sleman, berujar soal terselenggaranya pertemuan bersejarah itu murni dari para suporter di akar rumput yang menginginkan perdamaian.

Ia berharap adanya korban suporter yang tewas di Stadion Kanjuruhan menjadi momentum menyudahi perselisihan.

"Ini organik dari teman-teman di bawah tiktokan dan klik," ucap dia.

Pejabat Negara Sempat Saling Tuding

Inisiatif para suporter untuk berdamai patut mendapat dukungan. Bahkan bisa menjadi contoh buat pejabat negara yang sempat saling tuding dalam menyikapi peristiwa di Stadion Kanjuruhan.

Menteri Pemuda dan Olahraga, Zainudin Amali misalnya, buru-buru menyebut faktor suporter sebagai bilang keladi utama, jatuhnya ratusan korban di Stadion Kanjuruhan.

Dikutip dari situs Kemenpora, Amali menilai para suporter tidak mampu menjaga iklim kondusif dalam merespons hasil pertandingan.

"Seharusnya ini tidak boleh lagi terjadi. Karena begitu sudah kita bebaskan pertandingan sepak bola dengan boleh ada penonton yang tadinya tanpa penonton, kemudian ada permintaan masyarakat supaya ada penontonnya tetapi tidak bisa dijaga dengan baik," kata Menpora Amali menambahkan.

Politikus Golkar ini meminta para suporter, khususnya sepak bola, diedukasi agar bisa menerima hasil pertandingan.

“Edukasi-edukasi kepada para suporter dan penonton itu harus lebih dilakukan lebih masif lagi, disadarkan bahwa pertandingan olahraga baik sepak bola atau cabang olahraga apapun pasti ada yang menang dan ada yang kalah, sehingga apapun itu harus diterima,” tegas Amali yang dikutip dari situs resmi Kemenpora.

"Ini olahraga, ini pertandingan yang hari ini bisa menang, besok juga bisa kalah."

Ketua Umum KONI Pusat, Marciano Norman juga sampaikan hal senada. Menurutnya peristiwa di Stadion Kanjuruhan harus menjadi  momentum mengedukasi para suporter sepak bola Indonesia.

"Suporter ini penting peranannya. Tindakan mereka harus menambah motivasi dan semangat para pemain, namun bisa juga membuat pemain dan negaranya rugi," kata Marciano dikutip Antara melalui pernyataan tertulis, Minggu (2/10/2022).

"Oleh karenanya, suporter Indonesia harus mendapatkan edukasi agar fanatisme terhadap klub kebanggaan mereka tetap terkendali dan menjunjung tinggi sportivitas."

PT LIB Abaikan Rekomendasi Kepolisian

Wakil Ketua Komisi III DPR RI, Habiburokhman menilai peristiwa di Stadion Kanjuruhan terjadi karena PT Liga Indonesia Baru (LIB) selaku penyelenggara pertandingan mengabaikan rekomendasi kepolisian soal perubahan jadwal pertandingan di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur.

"Situasinya memang sangat rumit. Di satu sisi, Polri sudah berupaya maksimal mengingatkan potensi kerusuhan dengan merekomendasikan perubahan jadwal. Di sisi lain, Polri tidak bisa memaksakan perubahan jadwal kepada pihak liga," kata Habiburokhman dalam keterangan tertulis yang dikutip Antara, Minggu (2/10/2022).

Akibat tetap digelarnya pertandingan antara Arema FC dan Persebaya di Stadion Kanjuruhan tersebut, ratusan suporter meninggal dunia.

"Saat kericuhan terjadi juga rumit. Di satu sisi, aparat harus melindungi para pemain Arema dan Persebaya yang bisa jadi nyawanya terancam. Di sisi lain, tidaklah mudah untuk mengendalikan massa yang berjumlah amat banyak," tambahnya.

Polisi Salahi Prosedur Penggunaan Gas Air Mata

Mantan Ketua Umum PSSI, AA La Nyalla Mahmud Mattalitti justru mengkritik penggunaan gas air mata oleh polisi, saat menangani massa di Stadion Kanjuruhan. Sebab gas air mata sudah jelas dilarang digunakan oleh FIFA. 

"Larangan penggunaan gas air mata itu telah diatur FIFA dan tertuang pada Bab III tentang Stewards, pasal 19 soal Steward di pinggir lapangan. Jelas ditulis: Dilarang membawa atau menggunakan senjata api atau gas pengendali massa," kata La Nyalla dikutip dari situs DPR RI, Minggu (2/10/2022).

La Nyalla menilai penggunaan gas air mata menimbulkan kepanikan sehingga ratusan orang berdesakan ingin keluar dari tribun yang kemudian membuat korban berjatuhan.

La Nyalla juga menilai peristiwa ini membuktikan lemahnya koordinasi. Padahal sebelum match, pasti ada rapat koordinasi pengamanan antara Panpel dengan Kepolisian.

"Entah apa alasan yang membuat polisi menembakkan gas air mata ke tribun, sehingga membuat kepanikan massal," ujarnya.

 

Apa Komentarmu?

Tulis komentar

ARTIKEL TERKAIT

VIDEO TERKAIT

KOMENTAR

Latest Comment

Belum ada komentar

Jadilah yang pertama mengirimkan komentar untuk bertukar gagasan dengan pengguna lainnya

TERPOPULER