Temuan Komnas HAM: Suporter Cuma Ingin Semangati Pemain Arema, Gas Air Mata Picu Kepanikan

6 Oct 2022 15:10 WIB

thumbnail-article

Sejumlah penonton membawa rekannya yang pingsan terkena tembakan gas air mata aparat keamanan usai laga Liga 1 antara Arema vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, Sabtu (1/10/2022). Foto: Antara

Penulis: Ani Mardatila

Editor: Ramadhan Yahya

Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) melakukan penyelidikan lapangan terkait peristiwa Kanjuruhan yang terjadi pada Sabtu (1/10/2022) lalu. Dari hasil investigasi yang disampaikan pada Rabu (5/10/2022), Komisioner Komnas HAM, Choirul Anam mengungkapkan bahwa tak ada indikasi kerusuhan dilakukan oleh suporter Arema.

Menurut Komnas HAM, investigasi  dari keterangan suporter dan pemain Arema ini vital untuk ditindaklanjuti guna mengungkap peristiwa Kanjuruhan. Anam menyatakan pengakuan suporter serta pemain Arema FC saling mengkonfirmasi satu sama lain.

Ternyata Suporter Ingin Menyemangati Arema FC, Pemain Membenarkannya

Setelah mendengar dari sisi suporter, diketahui ternyata mereka [suporter] yang turun dan masuk ke lapangan, tak berniat untuk menciptakan kericuhan dan malah ingin memberikan semangat kepada tim kesayangannya usai mengalami kekalahan.

"Jadi mereka merangsek itu memang mau memberikan semangat, berkomunikasi dengan pemain. Kami kroscek ke para suporternya, bilangnya, ya, kami, kan, mau kasih semangat walaupun mereka kalah. Ini satu jiwa. Ayo Arema jangan menyerah," kata Choirul Anam dalam keterangannya di Malang, Rabu (5/10/2022).

Temuan ini kemudian diperkuat juga dari keterangan pemain Arema. Kepada Komnas HAM, pemain Arema yang meninggalkan lapangan terakhir usai laga mendengar teriakan semangat dari para suporter.

"Ketika kami kroscek kalimat-kalimat itu juga berdialog dengan teman-teman pemain terutama pemain yang terakhir meninggalkan lapangan, itu juga disampaikan [kalimat semangat dari Aremania]," sebutnya.

Ada Bukti Rekaman Videonya, Pemain Arema Tak Ada yang Terluka

Komnas HAM juga menemukan bukti fisik berupa rekaman video pada hari kejadian yang menunjukkan pemain Arema dirangkul oleh Aremania tatkala para suporter turun ke lapangan.

"Ini saya Mas, ketika saya dirangkul oleh suporter, kami pelukan dan ada satu komunikasi bahwa ini satu jiwa. Ayo jangan menyerah, jangan menyerah," tiru Anam menyampaikan ulang cerita pemain Arema.

Dari hasil investigasi juga ditemukan tak ada pemain Arema yang terluka kala kericuhan merebak di lapangan Stadion Kanjuruhan Sabtu malam itu.

"Jadi tidak ada pemain yang luka. Jadi kalau ada informasi yang bilang bahwa suporter ke sana mau menyerang pemain, itu bilang bahwa itu tidak seperti itu. Dan suporternya juga bilang bahwa tidak seperti itu," kata Anam.

Temuan Komnas HAM ini pun menjadi titik terang dan menyanggah spekulasi penyebab kericuhan karena adanya pelampiasan amarah suporter buntut kekalahan Arema FC.

“Jadi ada constraint (batasan) waktu antara 15 sampai 20 menit pasca-wasit meniup peluit panjang, itu suasana masih terkendali walaupun banyak suporter yang masuk ke lapangan,” ujar Anam.

Tembakan Gas Air Mata Picu Kepanikan

Komnas HAM menyesalkan dan mempertanyakan alasan penembakan gas air mata oleh aparat, yang mestinya peristiwa Kanjuruhan bisa dihindari.

“Pertanyaannya sekarang, kalau dalam 15 sampai 20 menit itu situasinya masih kondusif, apakah diperlukan gas air mata yang membuat semua penonton panik? Harusnya kalau tata kelola keamanan baik, tidak akan terjadi peristiwa memilukan seperti ini,” ujarnya. 

 “Apalagi kericuhan itu, banyak pihak yang memberikan keterangan kepada kami itu akibat gas air mata,” tambah Anam.

Anam menyebut penembakan gas air mata tersebut menyebabkan kepanikan di kalangan suporter Arema yang berada di tribun, sehingga kericuhan pun tak terhindarkan. Korban berjatuhan dari anak-anak hingga orang dewasa.

Mata Merah dan Badan Biru Korban Meninggal Karena Gas Air Mata

Berdasarkan temuan Komnas HAM, penyebab kematian korban peristiwa Kanjuruhan disebutkan karena sesak napas dan kehabisan oksigen. Kondisi memprihatinkan tersebut juga terlihat dari banyaknya jenazah yang mukanya membiru.

"Pertama adalah kondisi jenazahnya banyak yang mukanya biru, jadi muka biru ini banyak. Ini yang menunjukkan kemungkinan besar karena kekurangan oksigen karena juga gas air mata," terang Anam.

Selain itu, menurut keterangan keluarga korban, mata jenazah berwarna merah dan mengeluarkan busa.

"Jadi muka biru, terus ada yang matanya merah, keluar juga busa. Jadi, teman-teman khususnya keluarga, Aremania, maupun relawan yang menangani jenazah memberikan informasi terkait hal tersebut," tambah Anam.

Adapun gejala mata merah tersebut juga ditemukan pada penyintas lainnya disertai dada dan tenggorokan yang perih.

"Bahkan kami bertemu dengan salah satu korban yang, itu peristiwanya hari Sabtu, Senin bertemu kami, Senin baru bisa melihat. Matanya sakit kalau dibuka. Dadanya juga perih, sesak napas, tenggorokannya perih. Itu beberapa contoh informasi yang kami dapat," jelas Anam

Korban Meninggal Kanjuruhan Capai 131 Jiwa

Diketahui data resmi total korban meninggal peristiwa Kanjuruhan per Selasa (4/10/2022) pukul 21.00 WIB tercatat mencapai 131 orang. Korban tersebar di rumah sakit pemerintah dan swasta. Sebanyak 44 korban meninggal di rumah sakit pemerintah, 75 korban di rumah sakit swasta, dan 12 korban di luar fasilitas kesehatan.

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Mahfud MD telah meminta Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) Peristiwa Kanjuruhan untuk lekas menyelesaikan investigasi dalam waktu dua pekan atau lebih cepat dari tenggang waktu satu bulan yang diberikan Presiden Joko Widodo.

Apa Komentarmu?

Tulis komentar

ARTIKEL TERKAIT

VIDEO TERKAIT

KOMENTAR

Latest Comment

Belum ada komentar

Jadilah yang pertama mengirimkan komentar untuk bertukar gagasan dengan pengguna lainnya

TERPOPULER