18 Juli 2023 17:07 WIB
Penulis: Dzikri N. Hakim
Editor: Ramadhan Yahya
Kericuhan antar suporter sepakbola tanah air kembali terjadi saat berlangsungnya pertandingan Persik Kediri vs Arema FC pada pekan ketiga kompetisi Liga 1 2023/2024, Sabtu (15/7/2023).
Pemicu kejadian diduga karena adanya sejumlah pendukung tim tamu yang menyelundup masuk dalam pertandingan yang digelar di Stadion Brawijaya, Kediri itu.
Padahal, musim ini PSSI bersama PT Liga Indonesia Baru (LIB) baru saja membuat kebijakan berupa larangan bagi suporter tim tamu untuk hadir langsung ke stadion.
Hal itu tertuang dalam regulasi Liga 1 2023/2024 Pasal 51 ayat 6 tentang ticketing.
Aturan itu diberlakukan sebagai bentuk dari sepakbola nasional yang sedang mengalami transformasi imbas Tragedi Kanjuruhan yang menghilangkan 135 nyawa pada (1/10/2022) lalu.
Aparat Kepolisian Resor Kediri Kota serta panitia pelaksana pertandingan Persik Kediri mengamankan puluhan suporter atas pecahnya kericuhan dalam pertandingan tersebut.
"Total sekitar 25 orang [diamankan] dan semua sudah dipulangkan. Kami fasilitasi kendaraan umum untuk pulang," kata Kapolres Kediri Kota AKBP Teddy Chandra di Kediri, seperti dikutip Antara, Sabtu (15/7/2023).
Ia mengatakan, pendukung Arema sebenarnya tidak diberikan jatah tiket dalam pertandingan yang mempertemukan dua tim asal Jawa Timur itu.
Sehingga, menurutnya, hanya suporter Persik Kediri yang bisa membeli tiket.
Teddy menjelaskan, oknum pendukung Arema menghadiri pertandingan tanpa memakai atribut klub. Akan tetapi, kehadiran mereka bisa diendus tatkala bersorak begitu klub kesayangannya mencetak gol.
Niscaya, ia menambahkan, hal itu menimbulkan kecurigaan dari para pendukung Persik Kediri.
"Jadi, sistemnya mereka perorangan dan tidak menggunakan atribut. Misalnya situasi di lapangan ada gol [Arema] senang, sehingga suporter tuan rumah tahu. Mungkin ditanya tanya, diketahui suporter tamu," kata dia.
Akan Ada Hukuman
Ketua Umum PSSI Erick Thohir meyakini akan ada hukuman yang diberikan imbas dari adanya kericuhan antar suporter dalam gelaran Liga 1.
“Saya yakin pasti ada [sanksi],” kata Erick saat meninjau seleksi timnas U-17 di Kabupaten Gianyar, Bali, Minggu (16/7/2023).
Namun, Erick belum membeberkan detail bentuk hukuman buntut kericuhan antar suporter itu. Menurutnya, Komisi Disiplin PSSI juga tengah menyelidiki peristiwa tersebut.
Erick juga kemudian mengingatkan suporter bahwa Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA) masih memantau sepak bola Indonesia selama dua tahun pasca terjadinya Tragedi Kanjuruhan.
Untuk itu, ia meminta suporter turut menjaga suasana agar tetap kondusif sebagai bagian dari transformasi sepak bola Tanah Air.
“Tadi malam ada lagi kerusuhan, Persik-Aremania, tiba-tiba ada suporter tamu datang yang jelas-jelas kesepakatan FIFA dengan pemerintah Indonesia, kesepakatan Liga dengan Kepolisian tidak ada suporter tamu,” ucapnya.
Untuk itu, ia mendukung agar program Jambore Suporter seperti yang dilaksanakan di Jawa Timur digencarkan untuk mempererat hubungan dan kebersamaan antarsuporter demi kebaikan sepak bola Tanah Air.
“Kalau [kericuhan] ini terus menerus [terjadi], tidak ada introspeksi diri, baik dari suporter, dari klub, tim yang menjadi panitia tamu, percaya sama saya, [akan] dihukum. Apa kita mau dihukum lagi?” kata Erick.
Akan Diproses Komdis
Sejalan dengan Erick, Anggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI Arya Sinulingga turut memastikan bahwa pelanggaran terkait dugaan penyusupan oknum suporter Arema FC ke markas Persik Kediri akan diproses Komite Disiplin (Komdis).
"Menanggapi pelanggaran-pelanggaran yang terjadi, seperti kasus adanya suporter dari tim tamu yang datang atau pelanggaran-pelanggaran lainnya, semua bakal diproses oleh Komdis PSSI," kata Arya, Minggu (16/7/2023).
Arya juga menyebut, pihaknya memberikan kesempatan kepada Komdis untuk bekerja secara maksimal guna menyikapi pelanggaran regulasi yang diterapkan dalam kompetisi.
"Kami serahkan kepada Komdis untuk bekerja maksimal dan kami mendukung Komdis untuk melaksanakan semua aturan-aturan dan menegakan aturan," jelasnya.
Kenapa Masih Ada Kerusuhan?
Pengamat Sepakbola Akmal Marhali mengungkapkan alasan terulangnya kisruh antar suporter sepakbola Indonesia dalam pertandingan Persik vs Arema pekan lalu. Salah satunya, karena sikap suporter yang belum dewasa.
“Semuanya sih, banyak sebab. Pertama suporter kita belum dewasa, harus kita akui, makanya perlu kita edukasi setiap saat gitu kan,” kata Akmal kepada Narasi, Selasa (18/7/2023).
Akmal mengatakan PSSI juga belum menerapkan regulasi konkret guna meminimalisir kericuhan suporter sejauh ini.
Padahal, menurutnya, Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) telah meminta PSSI untuk segera membuat regulasi suporter, pasca pecahnya Tragedi Kanjuruhan.
“Yang paling penting adalah ketika pasca tragedi Kanjuruhan, TGPF juga memberikan rekomendasi untuk segera dibuat regulasi suporter,” ucapnya.
Kebijakan Jalan Pintas
Akmal menyayangkan kebijakan baru PSSI, yang melarang suporter tamu untuk hadir langsung di stadion. Sebab, ia menganggap larangan itu terkesan seperti jalan pintas yang dipilih PSSI guna mengatasi masalah suporter di Indonesia.
“Nah, ini sekarang kan nggak dibuat, regulasi nggak dibuat, tapi yang dilakukan saat ini kan kebijakan shortcut,” ucapnya.
Menurut Akmal, langkah yang diambil PSSI itu juga cenderung menjadi sesuatu yang kontraproduktif dengan proses perdamaian yang sedang terjadi pada kalangan suporter.
“Bahwa suporter tamu tidak boleh hadir di pertandingan, larangan suporter away gitu. Ini menurut saya kontraproduktif, di saat banyak klub sudah menyuarakan perdamaian pasca Kanjuruhan. Misalnya Jakmania-Bonek kan sudah mulai menyuarakan perdamaian, terus Persib-Aremania juga mulai menyuarakan perdamaian.”
Akmal juga menjelaskan bahwa regulasi baru itu bisa menjadi buah simalakama bagi PSSI. Mengingat, adanya kelompok suporter yang memiliki jalinan persahabatan kuat dengan suporter lainnya.
Ia memberi contoh, seperti adanya jalinan persahabatan antara kelompok pendukung Persib dan Persebaya.
“Ini kan bisa jadi simalakama, kenapa? Karena tidak mungkin [ketika] Persebaya melawat ke kandang Persib, tidak mungkin suporter Persebaya tidak hadir di sana, pasti akan ada yang hadir. Begitu juga sebaliknya suporter Persib,” kata Akmal.
Oleh sebab itu, Ketua komisi Save Our Soccer (SOS) itu juga menerangkan bahwa seharusnya PSSI memiliki langkah antisipatif, dengan mengklasifikasikan potensi resiko pertandingan, antara yang memiliki resiko tinggi dan yang tidak.
“Sehingga kalau ada potensi itu high risk match PSSI bisa mempersiapkan antisipasi dari jauh-jauh hari. Tapi bukan berarti dibikin shortcut, tidak boleh suporternya datang,” jelasnya.
Akmal juga mempertanyakan sikap PSSI yang tidak melakukan koordinasi dengan kelompok suporter sebelum meluncurkan kebijakan tersebut.
Menurutnya, ia telah beberapa kali memberi saran kepada induk organisasi sepakbola Indonesia tersebut untuk mengumpulkan para suporter guna melakukan perundingan bersama, guna mencegah terulangnya kekerasan dan aksi yang tidak diinginkan.
“Saya beberapa kali kan kasih saran, suporter-suporter itu dikumpulkan, kemudian kasih kebijakan, dan ditandatangani bersama-sama. Bahwa tidak akan ada lagi kekerasan atau vandalisme di lapangan. Lalu jika itu terjadi lagi, maka kemudian keputusannya apa? Itu seharusnya ditandatangani oleh seluruh suporter dari klub.”
PSSI Perlu Bentuk Divisi Suporter
Kendati demikian, Akmal kemudian menyarankan agar PSSI segera membentuk divisi baru dalam tubuh organisasinya, yaitu divisi suporter.
Menurutnya, hal itu perlu dilakukan supaya seluruh elemen suporter bisa terangkul merata, bukan hanya di level elite. Sehingga, ia melanjutkan, langkah cepat bisa dengan segera diupayakan apabila terjadi permasalahan antar suporter nantinya.
“Kita beberapa kali, setiap musim bikin Jambore suporter, terus sekarang ada Presidium Nasional suporter, tapi kan ini semua tatanan elite. Jadi elite-elitenya aja yang dirangkul, sementara tatanan bawahnya tidak disosialisasikan,” ucapnya.
“Jadi ini merupakan tugas PSSI, juga tugas Presidium Sepakbola Nasional untuk melakukan sosialisasi. Minimal virus damai suporter ini harus disosialisasikan dan ada yang bertanggung jawab soal ini,” pungkasnya.
Manajemen Arema Minta Maaf
Manajemen Arema FC kemudian menyampaikan permohonan maaf imbas dari adanya kericuhan suporter dalam lawatan mereka ke kandang Persik Kediri pekan lalu.
Manajer Arema FC Wiebie Dwi Andriyas mengaku, pihaknya meminta maaf, jika memang terdapat sejumlah pendukung singo edan yang hadir dalam pertandingan tersebut.
"Mungkin berlebihan jika mereka disebut demikian. Namun jika memang pendukung Arema FC kami memohon maaf," kata Wiebie, Senin (17/7/2023).
Wiebie menilai kedatangan sejumlah pendukung Arema FC ke Stadion Brawijaya tersebut murni karena ingin memberikan dukungan kepada tim. Perihal itu, ia menghargai dukungan tersebut.
"Kami masih sangat menghargai karena murni kedatangan mereka lantaran hati nurani mereka yang ingin murni memberikan dukungan kepada tim kesayangannya untuk memberikan dukungan langsung ke tribun," katanya.
Menurut Wiebie, regulasi yang tidak menghendaki suporter tim tamu untuk memberikan dukungan langsung di stadion, memang tidak bisa dilakukan secara instan.
Bahkan, ia juga menyebut, ada sejumlah hal yang perlu diadaptasi dan diproteksi oleh sistem.
"Terkait larangan fans tandang sesuai regulasi itu butuh proses tentunya untuk adaptasi dan kami dari klub akan bantu untuk melakukan sosialisasi. Termasuk bagaimana sistem penjualan tiket secara online mengatur itu semua sehingga antisipasi bisa dilakukan untuk identifikasi lebih awal siapa saja yang masuk ke dalam stadion," ujarnya.
Terlepas dari hal tersebut, Wiebie turut mengapresiasi aparat kepolisian yang sudah membantu melakukan pengamanan dan membawa korban dari insiden tersebut ke rumah sakit.
"Kami ucapkan terima kasih kepada pihak kepolisian dari Polresta Kediri Kota dan Polres Kediri Kabupaten yang melakukan pengamanan pertandingan dan membantu membawa suporter yang menjadi korban dari insiden tersebut ke rumah sakit," pungkasnya.
KOMENTAR
Latest Comment